SELAMAT DATANG DI BLOG EKA FITRI LESTARI Eka Fitri Lestari: 2011

Sabtu, 10 September 2011

MENYUSUN TEKS PIDATO

Indikator
1. Kumpulkan bahan–bahan yang berhubungan dengan topik dan tujuan pidato!
2. Buatlah kerangka pidato dengan langkah – langkah :
a. Tentukanlah tema/ topik pidato!
b. Tentukanlah tujuan pidato!
c. Susunlah pembukaan, isi, dan penutup pidato.
3. Kembangkanlah kerangka pidato tadi menjadi naskah pidato. Saat menulis naskah pidato perhatikanlah hal berikut ini!
a. Hindari istilah yang muluk-muluk agar dapat dipahami dengan mudah.
b. Gunakan struktur kalimat yang sederhana agar tidak sulit dipahami.
c. Naskah terdiri 3 bagian pokok : awal, isi, akhir.
d. Susunlah secara urut dan runtut agar mudah diikuti.
e. Gunakan bahasa yang baik dan benar.
f. Gunakan EYD yang benar.

Contoh kerangka pidato:
Tema : perpisahan kelas XII
Tujuan : memberi informasi dan kesan
1. Pembuka
1.1 Salam pembuka
1.2 Ucapan syukur kepada Tuhan
1.3 Ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu
2. Isi pidato
2.1 Pengakuan/ kesan selama berada di sekolah
2.2 Pesan kepada adik kelas
2.3 Makna perpisahan dan pelepasan
3. Penutup
3.1 Permohonan maaf
3.2 Mohon doa dari guru dan adik kelas
Pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal di depan umum. Dalam kehidupan sehari – hari, mungkin saja kalian diminta mewakili seseorang, sebuah keluarga, atau organisasi untuk menyampaikan pidato. Hal itu dapat terjadi (baik mempunyai jabatan tertentu maupun tidak) karena dalam anggapan mereka, sebagai siswa sekolah menengah atas, kalian pasti mampu melaksanakannya.
Pada dasarnya, setiap manusia dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak hanya ada pada bahasa Indonesia, melainkan pada semua bahasa. berpidato merupakan keterampilan berbicara. Sebenarnya, kegiatan ini tidak sulit, tetapi orang sering tidak mau atau takut melaksanakannya. Biasanya, ketakutan itu disebabkan oleh “demam panggung”.
Demam panggung dimiliki setiap orang. Hal itu tergantung bagaimana cara mereka mengatasinya. Mempersiakan diri merupakan salah satu cara mengatasi “demam panggung”.
Berikut ini langkah – langkah dalam persiapan berpidato.
1. Menentukan topik.
2. Menentukan maksud/tujuan.
3. Menganalisis situasi dan pendengar.
4. Memilih dan merumuskan topik ke dalam ide – ide yang lebih terperinci.
5. Mengumpulkan bahan.
6. Memahami dan menghayati materi
7. Melaksanakan pidato.
Perhatikan contoh naskah pidato dalam acara serah terima pengurus OSIS berikut ini!
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati,
Bapak Pembina OSIS yang kami hormati,
Bapak Ibu Guru yang kami hormati,
Rekan – rekan Pengurus MPK dan Pengurus OSIS yang kami sayangi,

Marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Tuhan yang Mahamurah atas segala rahmat yang telah dilimpahkannya kepada kita, terutama rahmat iman dan kekuatan. Kami bersyukur kepada Tuhan dan mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak Pembina OSIS, Bapak Ibu Guru, dan rekan – rekan yang telah memenuhi undangan kami sekaligus memberikan dukungan dan bantuan sehingga acara serah terima pengurus OSIS dapat berlangsung.
Serah terima pengurus OSIS pada hari ini merupakan begian dari realisasi ketentuan organisasi yang tertuang dalam AD dan ART, baik MPK maupun OSIS. Berdasarkan kurun waktu kepengurusan yang sudah ditentukan, maka pada hari ini dilaksanakanlah serah terima kepengurusan OSIS tersebut.
Serah terima jabatan ini sekaligus merupakan pengalihan tanggung jawab dan tugas dari pengurus lama kepada pengurus baru. Oleh karena itu, untuk teman – teman pengurus baru, kami ucapkan selamat menyongsong tugas dan melanjutkan atau membaharui program kerja yang pernah kami laksanakan.
Kami berkeyakinan bahwa melalui semangat kebersamaan, segala kesulitan pasti teratasi. Namun, kami pun sangat menyadari bahwa selama melaksanakan tugas banyak kelemahan dan kekhilafan. Karena itu, dalam kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar – besarnya. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak Pembina OSIS, Bapak Ibu guru, tak lupa kami menyampaikan terima kasih yang setulus- tulusnya atas bimbingannya selam ini.
Akhirnya, atas segala bimbingan, perhatian, dan kerja sama dari semua unsure sekolah, kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.

1. Topik Pidato
Topi pidato merupakan pokok permasalahn yang disampaikan melalui pidato. Topik tersebut dapat bermacam – macam, misalnya ilmu pengetahuan, masalah sosial, penyambutan, pergantian kepengurusan organisasi, serah terima jabatan organisasi, laporan kegiatan, wisuda/ kelulusan, atau penyampaian ikut bergembira/ berduka. Topik pidato bias disampaikan secara tersirat atau tersurat, tetapi lebih baik jika disampaikan secara tersurat/ eksplisit.
Topik pada contoh naskah pidato di atas adalah serah terima jabatan pengurus OSIS. Topik tersebut di sampaikan secara eksplisit pada kalimat pertama paragraf ke-2, “serah terima pengurus OSIS pada hari ini merupakann bagian dari realisasi ketentuan organisasi yang tertuang dalam AD dan ART, baik MPK maupun OSIS.”
2. Tujuan Berpidato
Ada 5 macam tujuan berpidato, yaitu sebagai berikut :
a. Memotivasi : menyemangati / mendorong moral pendengar.
b. Mempersuasi : mempengaruhi keyakinan / pikiran pendengar.
c. Melakukan tindakan : mengajak pendengar melakukan suatu tindakan.
d. Menginformasikan : menambah pengetahuan pendengar.
e. Menghibur : menggembirakan pendengar.

3. Bagian – bagian naskah pidato
Secara garis besar, naskah pidato berisi hal sebagai berikut :
a. Salam pembuka
b. Pendahuluan / bagian awal : pengantar kearah pokok materi pidato.
c. Isi / inti pidato : berisi uraian yang perlu disampaikan.
d. Keimpulan / bagian akhir : kesimpulan isi pidato.
a. Salam pembuka
Salam pembuka diungkapkan pada bagian awal naskah pidato. Biasanya salam pembuka berisi ucapan salam dari pembicara kepada pendengar, baik berupa ucapan salam umum maupun salam keagamaan, sebagai ungkapan kesopanan.
Pada contoh naskah pidato tersebut, yang merupakan salam pembuka adalah :
Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati,
Bapak Pembina OSIS yang kami hormati,
Bapak Ibu Guru yang kami hormati,
Rekan – rekan Pengurus MPK dan Pengurus OSIS yang kami sayangi,
Marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Tuhan yang Mahamurah atas segala rahmat yang telah dilimpahkannya kepada kita, terutama rahmat iman dan kekatan. Kami bersyukur kepada Tuhan dan mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Kepala Sekolah . . . .

b. Bagian awal naskah pidato
Bagian ini merupakan awal penampilan orator dan biasanya sangat menantukan penamplan berikutnya. Hendaknya, pembuka pidato dibuat semenarik mungkin dan tidak bertele-tele. Bagian ini berfungsi sebagai pengantar untuk menuju ke pokok masalah yang dikemukakan dalam pidato. Bagian ini diperllukan agar pendengar mudah dalam mengikuti alur bicara pembicara.
Contoh bagian awal naskah pidato tersebut adalah :
Serah terima pengurus OSIS pada hari ini merupakan begian dari realisasi ketentuan organisasi yang tertuang dalam AD dan ART, baik MPK maupun OSIS. Berdasarkan kurun waktu kepengurusan yang sudah ditentukan, maka pada hari ini dilaksanakanlah serah terima kepengurusan OSIS tersebut.

c. Bagian isi naskah pidato
Bagian isi merupakan bagian inti naskah pidato : tempat pembicara mengemukakan pokok pernmasalah pidatonya. Isi pidato yang baik adalh yang sesuai dengan tema dan tujuan pidato. Penyusun naskah pidato hendaknya memerhatikan tema dan menyiapkan kerangka secara cermat.
Contoh isi dari naskah pidato tersebut adalah:
Serah terima jabatan ini sekaligus merupakan pengalihan tanggung jawab dan tugas dari pengurus lama kepada pengurus baru. Oleh karena itu, untuk teman – teman pengurus baru, kami ucapkan selamat menyongsong tugas dan melanjutkan atau membaharui program kerja yang pernah kami laksanakan. Kami berkeyakinan bahwa melalui semangat kebersamaan, segala kesulitan pasti teratasi.

d. Bagian akhir naskah pidato
Bagian ini merupakan kesimpulan atau bagian penutup pidato.
Contoh penutup dari naskah pidato di atas adalah :
Akhirnya, atas segala bimbingan, perhatian, dan kerja sama dari semua unsur sekolah, kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.

Menyusun teks pidato berdasarkan kerangka

1. Metode berpidato
Untuk menyajikan pidato, ada empat metode penyajian yang populer, seperti yang diuraikan di bawah ini.
a. Metode Impromtu (spontan) : pidato yang dilakukan secara mendadak, tanpa persiapan. Metode ini sering dipakai ketika seseorang harus memberikan pidato tanpa tahu sebelumnya.
b. Metode hafalan : pidato dilakukan dengan persiapan naskah lengkap yang dihafalkan kata demi kata.
c. Metode naskah : dilakukan denga membaca naskah.
d. Metode ekstemporan : dilakukan dengan membawa catatan pokok – pokok pidato, lalu pembicara menyampaikannya dengan kata – katanya sendiri di atas mimbar.

2. Penyusunan kerangka pidato
Dalam pidato dengan metode naskah, sebelumnya orator harus menyusun kerangka pidato. Berikut ini fungsi kerangka pidato.
a. Memberikan gambaran susunan naskah pidato secara keseluruhan.
b. Memudahkan pengembangan kerangka menjadi naskah pidato.
c. Memungkinkan naskah pidato tersusun secara sistematis dan terarah.
d. Mencegah terjadinya pengulangan pembahasan pokok permasalahan.
e. Member peluang lebih besar dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pidato yang diinginkan.

3. Mengembangkan isi pidato dari kerangka yang telah dipersiapkan
Kerangka pidato yang dipersiapkan sebelumnya di depan pendengar dapat dipandang tulang rangka suatu pidato. Bahasa yang digunakan dalam mengenbangkan pidato itu pada waktu menyampaikannya sebagai daging yang membungkus tulang rangka itu. Daging itulah yang akan memberikan keindahan terhadap pidato, dan itu pula yang menyebabkan pidato itu menarik.
Gaya bahasa lisan biasanya berisi kalimat lebih pendek dan tidak seresmi bahasa tertulis. Pembicara harus berusaha menggunakan kalimat yang pendek diselingi dengan berbagai kalimat rangkuman dan kalimat peralihan. Pembicara dapat menggunakan kalimat tak lengkap, kata seru, bahkan mengulangi ungkapan secara menyeluruh. Pertanyaan retorik dan jeda merupakan petunjuk kepada pendengar tentang tekanan yang diberikan oleh pembicara.
Kerangka pidato biasanya berisi tiga bagian : bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Ingatlah bahwa bagian pendahuluan merupakan pengantar terhadap isi pidato. Bagian pendahuluan itulah yang akan memperlancar perpindahan dari apa yang telah menjadi pikiran pendengar sebelumnya kepada apa yang harus dipikirkan pendengar menurut keinginan pembicara. Bagian pendahuluan ini bermacam – macam, panjang, bentuk dan tujuannya. Ini tergantung pada tujuan pidato itu. Panjangnya biasanya antara satu kalimat sampai sepersepuluh isi pidato itu keseluruhan. Bagian pendahuluan dari suatu pidato ditujukan untuk mempersiapkan pendengar baik emosi maupun pikirannya menerima apa yang akan dikemukakan pembicara dalam bagian isi pidatonya itu.
Bagian isi pidato merupakan gagasan pokok yang ingin disampaikan pembicara. Bagian tertentu dari isi pidato itu memerlukan ilustrasi/ contoh. Contoh itu dapat diambil pembicara dari pengalamannya sendiri, dari sejarah, fiksi atau contoh yang dibuat sendiri yang sifatnya dugaan. Contoh itu mungkin umum dan mungkin pun khusus sifatnya. Pengembangan isi pidato sejalan dengan tujuan pidato, bahan yang disajikan, dan para pendengar yang dihadapi. Bagian penutup sebuah pidato merupakan kunci dari keseluruhan isi pidato. Bagian penutup suatu pidato mungkin hanya berupa satu kalimat mungkin pula lebih. Harus jelas dan sudah dirancang lebih dahulu.

Kriteria Instrument Penelitian yang Baik

Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Sebagai contoh, bila seseorang ingin mengukur beart suatu benda, maka dia harus menggunakan timbangan. Alat ini merupakan alat pengukur yang valid jika digunakan untuk mengukur berat karena timbangan memang untuk mengukur berat.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatife konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih. Misalkan, seseorang mengukur jarak dua buah bangunan menggunkan dua jenis alat ukur yang berbeda, pertama menggunakan meteran yang terbuat dari logam, sedangkan yang selanjutnya menggunakan jumlah langkah kaki. Setiap alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur jarak yang sama. Besar sekali kemungkinan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kedua alat pengukur tersebut akan berbeda. Pengukuran yang dilakukan dengan meteran yang terbuat dari logam secara relative akan menunjukan hasil yang sama antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dilakukan dengan langkah kaki, besar sekali kemungkinannya akan tidak sama karena besar langkah antara pengukuran pertama dengan kedua mungkin berlainan. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa meteran adalah alat pengukur yang reliable, sedagkan langkah kaki adlah alat pengukur yang kurang reliable.
Sensitivitas
Sensitivitas dalam penelitian dijelaskan sebagai kemampuan suatu instruksi untuk melakukan diskriminasi yang diperlukan untuk masalh penelitian. Bila, reliabiitas dan validitas suatu tes tinggi tampanknya tersebut juga sensitif, mempertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik yang diukur.
Objektivitas
Obkjektivitas dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai derajat pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, serta bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
Fisibilitas
Fisibilitas berkenaan dengan aspek aspek keterampilan, penggunaan sumberdaya dan waktu. Ada beberapa tes tertentu yang hanya menuntut ketempilan minimumdalam menyusun dan menganalisis hasil tes, tetapi ada juga yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi. Termasuk juga mengenai biaya dan waktu, yang dapat menjadi kendala dalam penelitian, sehingga perlu pertimbangan-pertimbangan agar penelitian disesuaikan dengan kemampuan.

Senin, 04 April 2011

Asal Usul Danau Toba

Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.

“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.

Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Sumber: www.e-smartschool.com

Rabu, 23 Februari 2011

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN yang EFEKTIF

EXAMPLES NON EXAMPLES

CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan



PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman



NUMBERED HEADS TOGETHER

(KEPALA BERNOMOR)

(SPENCER KAGAN, 1992)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan



COOPERATIVE SCRIPT

(DANSEREAU CS., 1985)

Skrip kooperatif :

metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :

1.
* Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
* Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
4. Penutup



KEPALA BERNOMOR STRUKTUR

(MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai

Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
3. Kesimpulan



STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
(SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan

JIGSAW (MODEL TIM AHLI)

(ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)

Langkah-langkah :

1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup



PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

(PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan



ARTIKULASI

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru



MAKE – A MATCH

(MENCARI PASANGAN)
(Lorna Curran, 1994)

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup



THINK PAIR AND SHARE

(FRANK LYMAN, 1985)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

DEBATE

Langkah-langkah :

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.



ROLE PLAYING

Langkah-langkah :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup



GROUP INVESTIGATION

(SHARAN, 1992)

Langkah-langkah :

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup



TALKING STICK

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup



BERTUKAR PASANGAN

Langkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.



SNOWBALL THROWING

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup



STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup



COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup



DEMONSTRATION

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.



EXPLICIT INTRUCTION

(PENGAJARAN LANGSUNG)

(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah

Langkah-langkah :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan



COOPERATIVE INTEGRATED READING

AND COMPOSITION (CIRC)

KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS

(STEVEN & SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup



INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE

(LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)

OLEH SPENCER KAGAN

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

Langkah-langkah :

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya



TEBAK KATA

MEDIA :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas

1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
4. Dan seterusnya

CONTOH KARTU

Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas

Dimiliki oleh 1 orang

Struktur organisasinya tidak resmi

Bila untung dimiliki,diambil sendiri

NAH … SIAPA … AKU ?

JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN





WORD SQUARE

MEDIA :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak



SCRAMBLE

MEDIA :

1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya



Langkah-langkah :

1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh



TAKE AND GIVE

MEDIA :

1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2. Kartu contoh sejumlah siswa

Langkah-langkah :

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan



CONSEPT SENTENCE

Langkah-langkah :

? Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.

l Guru menyajikan materi secukupnya.

l Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.

l Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.

l Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.

l Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.

l Kesimpulan.



COMPLETTE SENTENCE

Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh).
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan



TIME TOKEN

ARENDS 1998

Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

Langkah-langkah :

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
5. Dan seterusnya



PAIR CHEKS

SPENCER KAGEN

1993

APA YANG DILAKUKAN?



l BEKERJA BERPASANGAN

Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih

l PELATIH MENGECEK

Apabila patner benar pelatih memberi kupon

l BERTUKAR PERAN

Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3

l PASANGAN MENGECEK

Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban

l PENEGASAN GURU

Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep



KELILING KELOMPOK

Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya



Caranya………….?

1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan





TARI BAMBU

Agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa

Caranya?



1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan



DUA TINGGAL DUA TAMU

(TWO STAY TWO STRAY)

SPENCER KAGAN 1992

MEMBERI KESEMPATAN KEPADA KELOMPOK UNTUK MEMBAGIKAN HASIL DAN INFORMASI DENGAN KELOMPOK LAINNYA.
Caranya :

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

Rabu, 09 Februari 2011

Filosofi Alat Panah

Di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.

Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.

Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"

Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.

"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".

"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.

"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."

"Apa itu?" tanya baginda penasaran.

"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".

Mendengar penjelasan si pemburu, tampak sang raja terkesima untuk beberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. "Terima kasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."

Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

Sahabat...
Pengertian tentang mengistirahatkan tali busur (agar saat dipakai lagi tali tetap punya daya lentur yang kuat) dan fokus dalam memanah, sangat baik sekali. Kedua pengertian ini dapat kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita butuh keahlian dalam mengatur irama kerja dan saat kapan kita harus beristirahat, agar keefektivitasan kerja tetap terjaga. Dan, kemampuan (untuk) fokus dalam melakukan segala kegiatan harus mampu kita bina dan tumbuh kembangkan.

Dengan kemampuan mengunakan dua kekuatan tadi, tentu kita akan menjadi manusia yang efektif dalam menggeluti usaha dan pasti (hasilnya) akan maksimal dan memuaskan..

Selasa, 01 Februari 2011

MAJALAH DINDING

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Majalah dinding atau lebih dikenal dengan singkatannya “MADING” yaitu salah satu jenis media atau sarana penyampaian informasi dan penyaluran minat dan bakat yang dikerjakan dan dikelola oleh kelompok tertentu serta diperuntukkan untuk kalangan tertentu pula. Mading sangat mungkin dijumpai di banyak tempat seperti mesjid, sekolah, perpustakaan umum, instansi pemerintahan dan lain sebagainya. Hal ini karena mading bisa dikelola oleh siapa saja dan bisa ditempatkan dimana saja. Misalnya Mading Ikatan Remaja Mesjid, Mading LSM, Mading Kampus, Mading Sekolah dan lain-lain.
Mading sekolah adalah mading yang dikelola oleh suatu sekolah tertentu baik siswa maupun guru dan biasanya disajikan agar dapat dibaca oleh warga sekolah tersebut. Mading sekolah selain sebagai media untuk menyampaikan informasi (pengumuman atau berita) juga dapat dijadikan ajang atau sarana pengembangan minat dan bakat baik siswa maupun guru dalam bidang tulis menulis.
Mading juga sangat berperan dalam mengasah kemampuan siswa untuk belajar berorganisasi secara baik, melatih kedisiplinan karena harus bekerja sesuai jadwal, belajar untuk lebih kreatif dalam mencari ide-ide baru untuk tema dan tampilan mading, dan melatih siswa untuk bisa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang harus dikerjakannya.
Mengingat keberadaan mading sekolah memiliki arti yang penting baik bagi siswa maupun guru, maka hendaknya mading sekolah dikelola secara baik agar tetap eksis. Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan mading akan selalu dapat terbit pada waktunya dengan tema-tema dan tampilan-tampilan yang menarik.




BAB II
PEMBAHASAN

1. Majalah Dinding Sekolah Dan Pengelolaannya
A. Manajemen Mading Sekolah
Mengelola sebuah media informasi tentu memerlukan kepengurusan yang baik, tertata rapi, dan berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Mading sekolah sekalipun diperlukan suatu kepengurusan atau organisasi agar semuanya bisa berjalan lancar.
Menurut Rachim (2006), dalam pengelolaannya mading harus memiliki dua manajemen yaitu manajemen organisasi dan manajemen redaksional. Kedua manajemen tersebut memiliki tugas yang berbeda satu sama lain.
a. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi dalam pengelolaan mading sebagai sebuah organisasi intra sekolah sangatlah diperlukan, karena tanpa organisasi ini pengelolaan mading akan sulit untuk berjalan dengan baik.
Manajemen organisasi dalam pelaksanaan tugasnya lebih bersifat administratif dan tidak berhubungan secara langsung dengan hal teknis penerbitan mading. Keberadaan struktur atau jabatan manajemen organisasi mading tergantung dari kebutuhan pengelolaan mading itu sendiri.
Menurut Rachim (2006), Manajemen organisasi mading biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin umum, dibantu oleh beberapa seksi seperti seksi Administrasi, Keuangan, Sponsorship, dll., sesuai kebutuhan Mading.
Seorang pemimpin umum bertugas mengkoordinasikan kegiatan secara keseluruhan, bagian keuangan/bendahara bertugas mengatur keuangan terkait biaya operasional dan biaya penerbitan, bagian administrasi/sekretaris berperan terkait dengan surat menyurat terutama yang berhubungan dengan pihak luar seperti permohonan kesediaan wawancara atau lainnya. Bagian sponsorship bertugas mencari pihak-pihak yang mau berkontribusi dengan beriklan atau menyampaikan ucapan selamat dll, dengan perjanjian tertentu.
b. Manajemen Redaksional
Manajemen redaksional adalah manajemen yang bertanggungjawab langsung secara teknis terhadap proses penerbitan mading mulai dari penyusunan tema, penyusunan materi, pencarian bahan/berita sampai publikasi. Manajemen redaksional biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi dan di bantu oleh bagian-bagian lain yang ada di bawahnya seperti redaktur pelaksana, redaktur, reporter dan yang lainnya sesuai kebutuhan mading.
Pemimpin redaksi adalah orang yang adalah orang yang bertanggungjawab penuh atas materi atau isi yang disajikan dalam mading. Redaktur pelaksana bertugas mengkoordinasikan tugas-tugas yang menyangkut keredaksian kepada para redaktur.

B. Pembuatan Mading Sekolah
Setelah susunan kepengurusan atau Struktur Organisasi mading terbentuk, maka tahapan selanjutnya yang harus dijalankan oleh tim adalah pembuatan mading yang harus dikerjakan melalui beberapa tahapan. Agar pelaksanan pembuatan mading ini maka hendaknya setiap personil harus disiplin dan bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi tugasnya.
Sebelum masuk pada pembuatan mading itu sendiri sebaiknya Tim Mading melaksanakan rapat untuk mendiskusikan hal-hal yang penting agar diketahui dan difahami bersama oleh setiap personil Mading. Adapun hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya.

a. Waktu Terbit
Waktu terbit mading perlu menjadi bahan diskusi, hal ini karena ada beberapa alasan salah satunya agar pelaksanaan kegiatan pembuatan mading itu tidak mengganggu waktu belajar seperti situasi menjelang pelaksanaan ujian. Selain itu waktu terbit mading harus diperhatikan jangan sampai mading terbit menjelang liburan sekolah, sebab apabila mading terbit dan di pasang menjelang libur sekolah mading itu akan sia-sia karena tidak ada yang membaca.
b. Tema
Mading yang diterbitkan sebaiknya memiliki Tema yang berbeda-beda untuk setiap kali terbit. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak bosan dengan satu tema yang disajikan dan juga diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca tentang tema-tema yang disajikan.
c. Rubrik
Rubrik mading merupakan topik-topik yang dapat disajikan dalam mading. Rubrik mading bisa saja sama setiap kali terbit, atau bisa juga berubah jika diperlukan. Jumlah dan jenis rubrik dalam mading tergantung dari kesepakatan bersama anggota tim.
Beberapa contoh rubrik yang dapat dimuat dalam mading sekolah misalnya :
- Berita Seputar Sekolah - Cerpen
- Puisi - Sahabat mading
- Surat Pembaca - Profil Siswa / Guru

d. Jadwal Kerja
Dalam pelaksanan kegiatan pembuatan mading penjadwalan adalah sesuatu yang harus dibuat apabila mading ingin bisa terbit tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. Penjadwalan bisa didasarkan pada tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan seperti batas akhir pengumpulan materi, penyortiran materi layak terbit atau tidak, editing, layouting, dekorasi dll. Jadwal yang sudah ditetapkan sebaiknya dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

 Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan mading adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Materi
Pengumpulan materi merupakan tugas seorang reporter. Materi yang dapat ditampilkan dalam mading dapat berasal dari mana saja seperti :
1. Hasil Studi Pustaka
Studi pustaka dapat dilakukan melalui buku, majalah, koran, internet, dan lain sebagainya.
2. Hasil Survey atau pemantauan langsung di lapangan
Seorang reporter dapat mencari sumber berita dengan terjun langsung ke lapangan untuk meliput peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang terjadi di lingkungan baik sekolah maupun masyarakat.
3. Hasil Interview/Wawancara
Wawancara dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari orang-orang yang bersangkutan seperti pakar, praktisi, profesional, pengamat, pelaku, korban, dll.
4. Menerima Pengiriman Materi
Selain harus mencari materi mading juga dapat diperoleh dengan cara menawarkan kepada orang lain untuk mengirimkan naskah atau tulisan berkaitan dengan sebuah tema tertentu yang disediakan untuk mengisi rubrik-rubrik tertentu.
Untuk mendapatkan data-data atau materi yang dibutuhkan oleh seorang reporter, seorang reporter memerlukan persiapan baik persiapan secara peralatan maupun persiapan mental. Peralatan-peralatan yang harus dimiliki seorang reporter misalnya kamera, tape recorder, kertas, ballpoint, dll. Adapun persiapan mental meliputi pelatihan kemampuan menangkap informasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan membekali diri dengan pemahaman tentang etika yang baik sebagai seorang reporter seperti etika dalam berwawancara, etika ketika memasuki lokasi peliputan berita dll.
b. Pemilihan Materi
Materi yang diperoleh bisa saja sangat banyak atau lebih dari cukup untuk mengisi mading atau mungkin juga materi-materi yang diperoleh kurang layak atau kurang pantas untuk ditampilkan. Oleh karena itu selanjutnya tim redaktur harus melakukan pemilihan materi yang bisa dimuat atau dapat diterbitkan.
c. Editing
Setelah melakukan penyortiran materi maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses editing terhadap tulisan, gambar atau pun foto yang akan dimuat dalam mading. Proses editing terhadap tulisan perlu dilakukan untuk mengurangi bahkan memperbaiki kesalahan-kesalahan pengetikan atau penulisan. Adapun editing terhadap foto atau gambar dilakukan untuk mempercantik tampilannya.
d. Lay Out / Pengaturan Tata Letak
Pengaturan tata letak dilakukan agar tampilan mading bisa memberikan sajian yang menarik bagi pembaca, tidak memberikan kesan asal jadi dan membosankan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lay out misalnya penempatan rubrik, penentuan ukuran kolom rubrik, penempatan lukisan/gambar/ foto dsb.
e. Menghias mading
Setelah di layout dengan baik untuk lebih mempercantik tampilannya sebaiknya mading diberi hiasan-hiasan baik berupa gambar atau penambahan pernak-pernik lainnya. Setelah mading di hias maka mading siap diterbitkan

C. Evaluasi Mading
”Segalanya tak ada yang sempurna” mungkin pepatah itu harus selalu kita pegang untuk lebih memperbaiki diri kita dan apa yang kita kerjakan di masa yang akan datang. Begitu pula halnya dalam pembuatan mading, setelah mading diterbitkan dan di baca oleh khalayak atau keluarga besar sekolah maka ada baiknya Tim Mading melakukan evaluasi baik berdasarkan pengamatannya maupun berdasarkan hasil kuisioner pembaca terhadap mading yan disajikan. Penilaian-penilaian, kritik dan saran dari pembaca dapat dijadikan nodal perbaikan di masa yang akan datang.

D. Keberlanjutan Mading Sekolah
Agar mading sekolah bisa tetap bertahan dan bisa terbit sesuai waktu yang telah ditentukan maka perlu dilakukan pengelolaan mading yang baik, terutama pengelolaan terhadap personilnya. Supaya mading tetap berjalan maka sebaiknya dibentuk tim mading yang solid dan setiap saat diberikan pembinaan atau bahkan apresiasi dari pihak sekolah.


MAJALAH/BULETIN SEKOLAH
MEMBUAT MAJALAH SEKOLAH
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN MAJALAH SEKOLAH:

Pertama tahap perencanaan. Didalam tahap perencanaan ini siswa-siswi mulai membuat perencanaan stuktur staf redaksi majalah yang akan di buat. Berikut adalah salah satu contoh stuktur staf redaksi;
- Pelindung, yakni yang melindungi majalah sekolah kita. Biasanya untuk bagian Pelindung di duduki oleh Kepala Sekolah.
- Penasihat, yakni yang membimbing dalam pembuatan majalah sekolah kita. Biasanya untuk bagian penasihat di duduki oleh beberapa gurun yang ada di sekolah kita.
- Pembina, yakni yang membimbing dan dan yang mengarahkan dalam pembuatan majalah sekolah. Biasanya posisi ini di duduki oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
- Pemimpin Redaksi, yakni orang yang sangat berperan dalam pembuatan majalah sekolah. Atau bisa disebut ketua dari stuktur staf redaksi.
- Staf Redaksi atau biasa disebut wartawan pencari berita. Dan yang mengurus semua naskah atau artikel yang akan dipublikasikan.
- Ilustrator/ seting/ layout, yakni yang mengurus desain majalah yang akan kita buat. Dari mulai cover sampai isinya.
- Iklan, yakni yang mengurusi bagian perikalanan.
- Distributor, yakni yang mengurusi pendistribusian atau penjualan majalah yang telah kita buat.
- Promosi, yakni bagian yang mempromosikan majalah sekolah yang telah kita buat.
- Sirkulasi/ tata usaha atau sering disebut Bendahara, yakni yang mengurusi bagian peruangan di majalah sekolah kita.

Setelah membentuk stuktur perencananan stuktur staf redaksi langkah selanjutnya yaitu merencanakan nama majalah yang akan kita buat. Diusahakan untuk pembuatan nama itu semenarik mungkin.
Kedua tahap persiapan. Didalam tahap persiapan ini yakni pembuatan proposal. Dalam pembuatan proposal baiknya dibahas oleh semua staf redaksi majalah yang telah kita buat dengan didampingi oleh Pembina. Mulai dari nama majalah, visi-misi, rencana pembuatan majalah, sampai dana yang akan kita keluarkan untuk pembuatan majalah kita.
Ketiga tahap pembuatan isi majalah. Yakni merencanakan rubrik-rubrik yang akan kita buat dalam majalah kita. Untuk pembuatan rubrik ini dibahas oleh semua stuktur staf redaksi dan Pembina dan disetujui oleh bagian penasihat dan pelindung.
Keempat tahap penulisan dan pengeditan. Yakni mengumpulkan naskah yang akan kita buat dalam majalah sekolah kita. Penulisan naskah bisa dari wawancara siswa, tulisan kiriman siswa, guru, maupun karyawan sekolah. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya diadakan rapat redaksi terlebih dahulu. Dan tentukan tema apa yang akan dibuat dalam edisi majalah sekolah sekarang. Setelah semua naskah masuk ke meja redaksi, seleksi semua naskah yang telah masuk. Apakah naskah tersebut layak dimuat atau tidak.
Kelima tahap setting. Yakni mensetting majalah yang akan kita buat. Untuk persettingan ini dilakukan di tempat percetakan. Setelah semua naskah telah di setting/ di layout hasil layout lalu di print ulang sebelum di cetak. Tujuanya untuk mencari letak mana yang masih kurang, untuk meminimalisir kesalahan sebelum di cetak.
Keenam tahap percetakan. Dalam tahap ini kita bisa memilih dua pilihan mejalah yang akan kita buat. Yakni untuk pembuatan majalah kita menggunakan kalkir atau film. Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah, terutama dalam pendanaan. Karena untuk pembuatan majalah dengan menggunakan kalkir dan film itu berbeda harganya. Dan selanjutnya majalah sekolah kita di cetak oleh bagian percetakan.

 Merasakan Manfaat adanya mading dan majalah sekolah
Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat adanya majalah sekolah.
Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis. Siswa dapat menyalurkan bakat serta minat menulis.
Kedua, penyalur aspirasi. Siswa mengungkapkan perasaannya dengan tulisan, baik berupa gambar, cerpen, artikel, atau puisi yang nantinya akan dimuat di majalah sekolah.
Ketiga, media komunikasi. Tulisan yang dimuat —baik dari siswa, guru atau karyawan— akan dibaca seluruh keluarga besar sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan terjadi komunikasi antarpembaca.
Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis. Belajar tidak cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan menghafalkan. Tetapi juga mau membaca masalah-masalah di sekitarnya dan menuangkan dalam bentuk tulisan. Keberadaan majalah sekolah memberi ruang kepada siswa untuk mempublikasikan idenya.
Kelima, media belajar organisasi. Dalam pembuatan majalah sekolah diperlukan pengelola majalah, mulai dari pemimpin redaksi, sekretaris, bendahara, redaktur, wartawan, fotografer, dan lain-lain. Secara langsung, siswa belajar bagaimana membagi pekerjaan untuk membuat majalah sekolah.
Keenam, penyemai demokrasi. Dengan adanya majalah sekolah, siswa bisa menuliskan uneg-unegnya dalam bentuk tulisan. Uneg-uneg bisa berbentuk masukan untuk perbaikan sekolah.
Ketujuh, media promosi. Tulisan yang ada dalam majalah sekolah sekaligus dapat diketahui orang lain. Selagi majalah itu masih ada, sampai kapan pun orang lain akan dapat membacanya. Dengan kata lain, penerbitan majalah sekaligus bisa menjadi media promosi sekolah tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Meski tidak berupa mata pelajaran jurnalistik secara khusus, setidaknya dengan ekskul jurnalistik ini bisa mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Banyak sekali manfaat ekskul jurnalistik. Hery Nugroho (2006) mengatakan ada empat hal, yakni a) sebagai media penyaluran bakat siswa dalam bidang penulisan, b) penyaluran minat dalam bidang yang sama, b) membantu anak memahami dan mempraktikkan teori-teori dalam pelajaran bahasa, dan d) melatih anak tampil lebih berani dan kritis terhadap berbagai kondisi. Dengan adanya ekskul jurnalistik, diharapankan dapat menelurkan produknya: majalah sekolah. Karenanya, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik akan lebih mudah membuat majalah sekolah daripada sekolah yang tidak mempunyai ekskul tersebut. Secara teori, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik sudah siap dengan infrastruktur dalam pembuatan majalah sekolah. Merasakan Manfaat
Dukungan ini dapat dengan cepat diperoleh kalau masing-masing pihak mengetahui dan merasakan manfaat adanya majalah sekolah.
Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat adanya majalah sekolah.
Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis.
Kedua, penyalur aspirasi.
Ketiga, media komunikasi
Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis
Kelima, media belajar organisasi
Keenam, penyemai demokrasi
Ketujuh, media promosi





DAFTAR PUSTAKA

Rachim, M. D. 2006. Manajemen Majalah
Internet. Google.com

Perbedaan Antara Sastra Lama Dengan Sastra Baru

A. Sastra Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :
- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
- Tema karangan bersifat fantastis
- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

B. Sastra Baru
Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :
- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

Membahas Isi Puisi Berkenaan dengan Gambaran Penginderaan, Perasaan, Pikiran, dan Imajinasi melalui Diskusi


Salah satu unsur intrinsik puisi yang akan kita bahas disini adalah imaji atau citraan. Citraan/ imaji dalam puisi dapat diartikan sebagai suatu penggambaran pengalaman yang berhubungan dengan benda, peristiwa dan keadaan yang dialami penyair dengan menggunakan kata – kata yang khas agar dapat memberikan gambaransecara lebih nyata, baik hal yang bersifat kebendaan, metaforik, maupun kejiwaan.
Imaji/ citraan dalam puisi dapat memberikan gambaran kepada pembacasehingga ia seolah – olah mendengar, melihat, merasakan, mencium, mempunyaipemikiran, meraba, dan mengalami seperti hal yang dialami penyair.
Citraan dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu :
1. Citraan penglihatan
Citraan ini dihasilkan dengan memberirangsangan indera penglihatan sehingga hal – hal yang tidak terlihat menjadi seolah – olah kelihatan.
2. Citraan pendengaran
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau onomatope dan persajakan yang berturut – turut sehingga hal – hal yang tidak terdengar menjadi seolah – olah terdengar.
3. Citraan penciuman
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bau atau aroma sehingga hal – hal yang tidak tercium baunya menjadi seolah – olah tercium.
4. Citraan perasaan
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan isi atau suasana hati sehingga menjadi seolah – olah pembaca ikut merasakan.
5. Citraan rabaan
Citraan yang berupa rangsangan – rangsangan kepada sentuhan
6. Citraan pikiran atau intelektual
Citraan yang dihasilkan asosiasi pikiran.
7. Citraan gerak
Dihasilkan dengan menghidupkan dan memvisualisasikan suatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak.

Pemahaman terhadap makna/ maksud puisi juga dapat dilakukan dengan menyusun esai pemahaman puisi. Sebenarnya, teknik tersebut adalah kegiatan inti pada paraphrase puisi. Teknik tersebut dilakukan dengan tahapan berikut ini.
1. Saat membaca berulang – ulang baris puisi pada setiap tahap pembacaan, kita harus memahami gambaran umum isi, pokok masalah, dan sikap peyair terhadap pembaca.
2. Memparafrasekan puisi. Parafrase dilakukan dengan cara menceritakan kembali hal – hal yang disampaikan penyair dengan bahasa kita sendiri.

Minggu, 02 Januari 2011

Bunga Lily

Di tepian tebing yang terjal, tumbuhlah setangkai tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Tetapi, dia mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa kelak dia pasti akan tumbuh menjadi sekuntum bunga lily yang indah.

Rumput-rumput liar di sekitarnya mengejek dan menertawakannya. Burung-burung dan serangga pun menasihatinya agar tunas lily jangan bermimpi menjadi bunga. Mereka pun berkata, "Hai tunas muda, sekalipun kamu bisa mekar menjadi kuntum bunga lily yang cantik, tetapilihatlah sekitarmu. Di tebing yang terpencil ini, biarpun secantik apa pun dirimu kelak, tidak ada orang yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu."

Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam dan semakin rajin menyerap air dan sinar matahari agar akar dan batangnya bertumbuh kuat. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, saatnya kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Hal itu menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya.

Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah ada orang yang akan melihat atau menikmati keberadaanku. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan identitasku sebagai bunga lily."

Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar berkembang-tampak indah dan putih warnanya. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek dan menertawakan si bunga lily.

Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dari satu kuntum menjadi dua kuntum, berkembang lagi, terus dan terus berkembang, semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, tebing pun seolah diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah. Orang-orang dari kota maupun desa, mulai berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily. Dan tempat itu pun kemudian terkenal dengan sebutan "Tebing Bunga Lily."

Sahabat..,
Cerita semangat bunga lily ini menginspirasikan kepada kita, saat kita mempunyai impian, ide, keinginan, atau apapun yang menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan peduli ejekan orang lain!
Jangan takut diremehkan oleh orang lain!
Tidak perlu menanggapi semua itu dengan emosi, apalagi membenci. Justru sebaliknya, tetaplah yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Buktikan semua mimpi kita bisa menjadi nyata.

Hanya dengan bukti keberhasilan yang mampu kita ciptakan, maka identitas kita, jati diri kita, lambat atau cepat pasti akan diakui dan diterima; selaras dengan pepatah yang menyatakan: "A great pleasure in life is doing what people say, you cannot do." Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah mampu melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan.

dikutip dari artikel andrie wongso

Sekantung Kue

Minggu malam, tampak di bandara, seorang perempuan muda sedang menunggu penerbangan pesawat terakhir. Untuk melepas kejenuhan menunggu, diaberjalan-jalan di sekitar bandara, kemudian membeli sebuah buku dan juga sekantong kue di toko bandara.

Setelah kembali dari toilet, perempuan itu bergegas mencari tempat duduk dan mulai membaca buku yang baru dibelinya. Keasyikannya membaca terganggu saat ia melihat seorang lelaki yang duduk di sebelahnya dengan berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada di antara mereka.

Perempuan itu mencoba mengabaikannya dan melanjutkan membaca sambil juga mengambil dan mengunyah kue dengan perasaan jengkel. Dalam hatinya, ia berpikir, "Kalau aku bukan orang baik pasti sudah aku marahi orang ini!"

Ia semakin kesal saat si pencuri kue yang berani seakan berlomba menghabiskan kue persediaannya. Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika tinggal satu kue yang tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu? Dengan senyum di wajahnya, tanpa merasa bersalah, lelaki itu mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. Diberikannya separuh kue kepada perempuan itu dan ia makan sisa separuohnya,

Si perempuan dengan bersungut-sungut dan muka menahan marah merebut kue itu sambil berpikir "Ya ampun orang ini, tidak merasa bersalah sedikit pun makan kue orang lain! Sungguh tidak tahu malu danmenyebalkan!"

Saat jadwal penerbangannya diumumkan, bergegas si perempuan itu pergi, tanpa menoleh sedikit pun kepada si pencuri kue dan berharap tidak berjumpa lagi dengan pencuri tidak tahu terima kasih itu.

Setiba di atas pesawat, sambil menghela napas lega, dia menempati tempat duduknya. Saat ingin melanjutkan membaca, segera tangannya meraih ke dalam tas. Dan...dia pun terkejut setengah mati! Astaga, jari tangannya tengah meraba kantong kue! Masih tertutup dan belum tersentuh pula!

Sesaat pikirannya terasa lumpuh, "Aduh! Jadi....kue yang telah kumakan tadi adalah milik lelaki itu! Sungguh keterlaluan aku, menuduh orang mencuri, mencurigai orang yang tidak bersalah, yang ternyata adalah si pemilik kue itu sendiri. Sebenarnya akulah yang tidak tahu malu, kasar, dan tidak tahu berterima kasih!"

Sambil memejamkan mata penuh sesal, dia tahu, sudah terlambat untuk meminta maaf atas kesalahannya menuduh orang lain yang tidak bersalah.


Sahabat...
Dalam hidup ini, kisah seperti di atas sering terjadi, Kita sering berburuk sangka dan melihat orang lain dengan persepsi / "kacamata" kita sendiri. Menuduh orang lain yang salah, tidak tahu diri, tidak tahu malu, pembuat masalah, dan lain sebagainya. Akibatnya, muncul konflik yang tidak berguna.

Alangkah baiknya apabila kita mampu berkaca pada diri sendiri sebelum melontarkan segala tuduhan kepada orang lain. Juga, berusaha mengendalikan pikiran secara jernih. Sehingga penyesalan di kemudian hari tidak terjadi.


Pengalaman Pribadi seorang Teman

Tengkorak Yang Bicara

Dikisahkan, ada seorang pengembara yang suka banyak bicara. Suatu hari, ia menempuh perjalanan yang mengharuskannya melewati sebuah hutan belantara yang jarang sekali diinjak manusia.

Ketika sampai di tengah-tengah hutan, tiba-tiba terdengar suara orang berbicara. Pengembara itu merasa takut, tetapi juga penasaran. "Suara siapakah itu, di tengah-tengah hutan yang sepi begini?" bisiknya dalam hati. Lalu, dengan hati-hati ia mencari asal suara tadi. Akhirnya ia menemukan jawabannya. Suara tadi berasal dari tengkorak manusia yang ada di bawah pohon besar. Alangkah terkejutnya ia.

Dengan rasa tidak percaya, ia memberanikan dirinya mendekat dan bertanya, "Hai tengkorak. Bagaimana kamu bisa sampai di tengah-tengah hutan belantara ini?"

Di luar dugaan, si tengkorak itu bisa mendengar dan menjawab pertanyaannya. "Hai pengembara! Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara," jawab si tengkorak. Mengetahui tengkorak bisa mendengar dan berbicara, si pengembara pun jadi sangat terhibur dan terus mengobrol tentang segala hal yang menarik hatinya. Ia merasa menemukan pengalaman yang benar-benar aneh dan sangat menakjubkan.

Saat keluar dari hutan, si pengembara terus teringat dengan kejadian aneh yang dialaminya. Dengan penuh semangat, ia berceri tentang tengkorak yang bisa bicara kepada setiap orang yang dijumpainya. Tentu saja,tidak ada seorang pun yang mau percaya. Malah ada yang mencemooh ceritanya. "Dasar bodoh! Mana ada tengkorak yang bisa bicara!"

Namun, biarpun tidak ada yang mau percaya dengan ceritanya, pengembara itu tetap saja bercerita kepada banyak orang lainnya.

Akhirnya, cerita tengkorak yang bisa berbicara itu pun terdengar sampai ke istana. Singkat cerita, baginda raja tertarik dan kemudian mengundang pengembara itu ke istana. Kembali, si pengembara menceritakan pengalamannya dengan bangga.

"Baginda, hamba bertemu tengkorak yang bisa bicara. Mungkin baginda bisa menanyakan tentang masa depan kerajaan ini kepada tengkorak itu," bujuk si pengembara. Karena rasa ingin tahu, raja pun mengajak para pengawalnya dan meminta si pengembara menunjukkan jalan ke hutan di mana tengkorak itu berada.

Setibanya di sana,pengembara dengan begitu percaya diri langsung bertanya kepada si tengkorak. "Hai tengkorak, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?"

Kali ini, tengkorak itu diam membisu. Raja dan para pengawal tampak tidak sabar menunggu. Ketika pengembara itu mengulang pertanyaannya beberapa kali dengan suara lebih keras, tengkorak itu tetap diam membisu. Yang terdengar hanya desau angin dan gaung suara si pengembara.

Melihat hal itu, para pengawal menatap raja dengan pandangan geli. Merasa telah diperdayai, sang raja menjadi murka. Ia memandang marah si pengembara. "Sebenarnya aku tidak percaya omongan mu. Apakah kamu mengira bahwa aku ini raja yang bodoh? Sebenarnya, aku datang ke sini untuk membongkar kebohongan mu. Kamu harus dihukum atas hal ini!"

Sang raja pun langsung memerintahkan hukuman mati untuk si pengembara. Setelah itu, jenazah si pengembara ditinggalkan di sana. Kepalanya diletakkan di samping tengkorak tadi.

Begitu raja dan para pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba si tengkorak bersuara. "Hai Pengembara! Bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?"

Dan kepala si pengembara pun menjawab, "Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara."

Sahabat..
Sering kali pertengkaran, kesalahpahaman, dan permusuhan besar muncul gara-gara omongan yang tidak pada tempatnya. Mereka yang suka mengumbar omongan, sering jadi kurang waspada sehingga mudah menyinggung, merendahkan, atau melecehkan orang lain. Sekilas, masalah seperti ini tampak sepele, tetapi akibatnya bisa fatal.

Alangkah baik,apabila setiap saat kita bisa mengendalikan diri, tahu kapan dan mengapa harus berbicara. Bahkan terkadang bisa diam adalah sikap yang paling bijak, seperti pepatah dalam bahasa Inggris, "Silent is golden. Diam adalah emas."

Dikutip dari nasehat Andrie Wongso