SELAMAT DATANG DI BLOG EKA FITRI LESTARI Eka Fitri Lestari: Februari 2011

Rabu, 23 Februari 2011

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN yang EFEKTIF

EXAMPLES NON EXAMPLES

CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan



PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman



NUMBERED HEADS TOGETHER

(KEPALA BERNOMOR)

(SPENCER KAGAN, 1992)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan



COOPERATIVE SCRIPT

(DANSEREAU CS., 1985)

Skrip kooperatif :

metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :

1.
* Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
* Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
4. Penutup



KEPALA BERNOMOR STRUKTUR

(MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai

Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
3. Kesimpulan



STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
(SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan

JIGSAW (MODEL TIM AHLI)

(ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)

Langkah-langkah :

1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup



PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

(PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan



ARTIKULASI

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru



MAKE – A MATCH

(MENCARI PASANGAN)
(Lorna Curran, 1994)

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup



THINK PAIR AND SHARE

(FRANK LYMAN, 1985)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

DEBATE

Langkah-langkah :

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.



ROLE PLAYING

Langkah-langkah :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup



GROUP INVESTIGATION

(SHARAN, 1992)

Langkah-langkah :

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup



TALKING STICK

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup



BERTUKAR PASANGAN

Langkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.



SNOWBALL THROWING

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup



STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup



COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup



DEMONSTRATION

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.



EXPLICIT INTRUCTION

(PENGAJARAN LANGSUNG)

(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah

Langkah-langkah :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan



COOPERATIVE INTEGRATED READING

AND COMPOSITION (CIRC)

KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS

(STEVEN & SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup



INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE

(LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)

OLEH SPENCER KAGAN

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

Langkah-langkah :

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya



TEBAK KATA

MEDIA :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas

1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
4. Dan seterusnya

CONTOH KARTU

Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas

Dimiliki oleh 1 orang

Struktur organisasinya tidak resmi

Bila untung dimiliki,diambil sendiri

NAH … SIAPA … AKU ?

JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN





WORD SQUARE

MEDIA :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak



SCRAMBLE

MEDIA :

1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya



Langkah-langkah :

1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh



TAKE AND GIVE

MEDIA :

1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2. Kartu contoh sejumlah siswa

Langkah-langkah :

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan



CONSEPT SENTENCE

Langkah-langkah :

? Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.

l Guru menyajikan materi secukupnya.

l Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.

l Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.

l Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.

l Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.

l Kesimpulan.



COMPLETTE SENTENCE

Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh).
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan



TIME TOKEN

ARENDS 1998

Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

Langkah-langkah :

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
5. Dan seterusnya



PAIR CHEKS

SPENCER KAGEN

1993

APA YANG DILAKUKAN?



l BEKERJA BERPASANGAN

Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih

l PELATIH MENGECEK

Apabila patner benar pelatih memberi kupon

l BERTUKAR PERAN

Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3

l PASANGAN MENGECEK

Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban

l PENEGASAN GURU

Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep



KELILING KELOMPOK

Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya



Caranya………….?

1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan





TARI BAMBU

Agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa

Caranya?



1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan



DUA TINGGAL DUA TAMU

(TWO STAY TWO STRAY)

SPENCER KAGAN 1992

MEMBERI KESEMPATAN KEPADA KELOMPOK UNTUK MEMBAGIKAN HASIL DAN INFORMASI DENGAN KELOMPOK LAINNYA.
Caranya :

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

Rabu, 09 Februari 2011

Filosofi Alat Panah

Di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.

Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.

Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"

Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.

"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".

"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.

"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."

"Apa itu?" tanya baginda penasaran.

"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".

Mendengar penjelasan si pemburu, tampak sang raja terkesima untuk beberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. "Terima kasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."

Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

Sahabat...
Pengertian tentang mengistirahatkan tali busur (agar saat dipakai lagi tali tetap punya daya lentur yang kuat) dan fokus dalam memanah, sangat baik sekali. Kedua pengertian ini dapat kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita butuh keahlian dalam mengatur irama kerja dan saat kapan kita harus beristirahat, agar keefektivitasan kerja tetap terjaga. Dan, kemampuan (untuk) fokus dalam melakukan segala kegiatan harus mampu kita bina dan tumbuh kembangkan.

Dengan kemampuan mengunakan dua kekuatan tadi, tentu kita akan menjadi manusia yang efektif dalam menggeluti usaha dan pasti (hasilnya) akan maksimal dan memuaskan..

Selasa, 01 Februari 2011

MAJALAH DINDING

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Majalah dinding atau lebih dikenal dengan singkatannya “MADING” yaitu salah satu jenis media atau sarana penyampaian informasi dan penyaluran minat dan bakat yang dikerjakan dan dikelola oleh kelompok tertentu serta diperuntukkan untuk kalangan tertentu pula. Mading sangat mungkin dijumpai di banyak tempat seperti mesjid, sekolah, perpustakaan umum, instansi pemerintahan dan lain sebagainya. Hal ini karena mading bisa dikelola oleh siapa saja dan bisa ditempatkan dimana saja. Misalnya Mading Ikatan Remaja Mesjid, Mading LSM, Mading Kampus, Mading Sekolah dan lain-lain.
Mading sekolah adalah mading yang dikelola oleh suatu sekolah tertentu baik siswa maupun guru dan biasanya disajikan agar dapat dibaca oleh warga sekolah tersebut. Mading sekolah selain sebagai media untuk menyampaikan informasi (pengumuman atau berita) juga dapat dijadikan ajang atau sarana pengembangan minat dan bakat baik siswa maupun guru dalam bidang tulis menulis.
Mading juga sangat berperan dalam mengasah kemampuan siswa untuk belajar berorganisasi secara baik, melatih kedisiplinan karena harus bekerja sesuai jadwal, belajar untuk lebih kreatif dalam mencari ide-ide baru untuk tema dan tampilan mading, dan melatih siswa untuk bisa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang harus dikerjakannya.
Mengingat keberadaan mading sekolah memiliki arti yang penting baik bagi siswa maupun guru, maka hendaknya mading sekolah dikelola secara baik agar tetap eksis. Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan mading akan selalu dapat terbit pada waktunya dengan tema-tema dan tampilan-tampilan yang menarik.




BAB II
PEMBAHASAN

1. Majalah Dinding Sekolah Dan Pengelolaannya
A. Manajemen Mading Sekolah
Mengelola sebuah media informasi tentu memerlukan kepengurusan yang baik, tertata rapi, dan berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Mading sekolah sekalipun diperlukan suatu kepengurusan atau organisasi agar semuanya bisa berjalan lancar.
Menurut Rachim (2006), dalam pengelolaannya mading harus memiliki dua manajemen yaitu manajemen organisasi dan manajemen redaksional. Kedua manajemen tersebut memiliki tugas yang berbeda satu sama lain.
a. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi dalam pengelolaan mading sebagai sebuah organisasi intra sekolah sangatlah diperlukan, karena tanpa organisasi ini pengelolaan mading akan sulit untuk berjalan dengan baik.
Manajemen organisasi dalam pelaksanaan tugasnya lebih bersifat administratif dan tidak berhubungan secara langsung dengan hal teknis penerbitan mading. Keberadaan struktur atau jabatan manajemen organisasi mading tergantung dari kebutuhan pengelolaan mading itu sendiri.
Menurut Rachim (2006), Manajemen organisasi mading biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin umum, dibantu oleh beberapa seksi seperti seksi Administrasi, Keuangan, Sponsorship, dll., sesuai kebutuhan Mading.
Seorang pemimpin umum bertugas mengkoordinasikan kegiatan secara keseluruhan, bagian keuangan/bendahara bertugas mengatur keuangan terkait biaya operasional dan biaya penerbitan, bagian administrasi/sekretaris berperan terkait dengan surat menyurat terutama yang berhubungan dengan pihak luar seperti permohonan kesediaan wawancara atau lainnya. Bagian sponsorship bertugas mencari pihak-pihak yang mau berkontribusi dengan beriklan atau menyampaikan ucapan selamat dll, dengan perjanjian tertentu.
b. Manajemen Redaksional
Manajemen redaksional adalah manajemen yang bertanggungjawab langsung secara teknis terhadap proses penerbitan mading mulai dari penyusunan tema, penyusunan materi, pencarian bahan/berita sampai publikasi. Manajemen redaksional biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi dan di bantu oleh bagian-bagian lain yang ada di bawahnya seperti redaktur pelaksana, redaktur, reporter dan yang lainnya sesuai kebutuhan mading.
Pemimpin redaksi adalah orang yang adalah orang yang bertanggungjawab penuh atas materi atau isi yang disajikan dalam mading. Redaktur pelaksana bertugas mengkoordinasikan tugas-tugas yang menyangkut keredaksian kepada para redaktur.

B. Pembuatan Mading Sekolah
Setelah susunan kepengurusan atau Struktur Organisasi mading terbentuk, maka tahapan selanjutnya yang harus dijalankan oleh tim adalah pembuatan mading yang harus dikerjakan melalui beberapa tahapan. Agar pelaksanan pembuatan mading ini maka hendaknya setiap personil harus disiplin dan bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi tugasnya.
Sebelum masuk pada pembuatan mading itu sendiri sebaiknya Tim Mading melaksanakan rapat untuk mendiskusikan hal-hal yang penting agar diketahui dan difahami bersama oleh setiap personil Mading. Adapun hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya.

a. Waktu Terbit
Waktu terbit mading perlu menjadi bahan diskusi, hal ini karena ada beberapa alasan salah satunya agar pelaksanaan kegiatan pembuatan mading itu tidak mengganggu waktu belajar seperti situasi menjelang pelaksanaan ujian. Selain itu waktu terbit mading harus diperhatikan jangan sampai mading terbit menjelang liburan sekolah, sebab apabila mading terbit dan di pasang menjelang libur sekolah mading itu akan sia-sia karena tidak ada yang membaca.
b. Tema
Mading yang diterbitkan sebaiknya memiliki Tema yang berbeda-beda untuk setiap kali terbit. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak bosan dengan satu tema yang disajikan dan juga diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca tentang tema-tema yang disajikan.
c. Rubrik
Rubrik mading merupakan topik-topik yang dapat disajikan dalam mading. Rubrik mading bisa saja sama setiap kali terbit, atau bisa juga berubah jika diperlukan. Jumlah dan jenis rubrik dalam mading tergantung dari kesepakatan bersama anggota tim.
Beberapa contoh rubrik yang dapat dimuat dalam mading sekolah misalnya :
- Berita Seputar Sekolah - Cerpen
- Puisi - Sahabat mading
- Surat Pembaca - Profil Siswa / Guru

d. Jadwal Kerja
Dalam pelaksanan kegiatan pembuatan mading penjadwalan adalah sesuatu yang harus dibuat apabila mading ingin bisa terbit tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. Penjadwalan bisa didasarkan pada tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan seperti batas akhir pengumpulan materi, penyortiran materi layak terbit atau tidak, editing, layouting, dekorasi dll. Jadwal yang sudah ditetapkan sebaiknya dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

 Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan mading adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Materi
Pengumpulan materi merupakan tugas seorang reporter. Materi yang dapat ditampilkan dalam mading dapat berasal dari mana saja seperti :
1. Hasil Studi Pustaka
Studi pustaka dapat dilakukan melalui buku, majalah, koran, internet, dan lain sebagainya.
2. Hasil Survey atau pemantauan langsung di lapangan
Seorang reporter dapat mencari sumber berita dengan terjun langsung ke lapangan untuk meliput peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang terjadi di lingkungan baik sekolah maupun masyarakat.
3. Hasil Interview/Wawancara
Wawancara dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari orang-orang yang bersangkutan seperti pakar, praktisi, profesional, pengamat, pelaku, korban, dll.
4. Menerima Pengiriman Materi
Selain harus mencari materi mading juga dapat diperoleh dengan cara menawarkan kepada orang lain untuk mengirimkan naskah atau tulisan berkaitan dengan sebuah tema tertentu yang disediakan untuk mengisi rubrik-rubrik tertentu.
Untuk mendapatkan data-data atau materi yang dibutuhkan oleh seorang reporter, seorang reporter memerlukan persiapan baik persiapan secara peralatan maupun persiapan mental. Peralatan-peralatan yang harus dimiliki seorang reporter misalnya kamera, tape recorder, kertas, ballpoint, dll. Adapun persiapan mental meliputi pelatihan kemampuan menangkap informasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan membekali diri dengan pemahaman tentang etika yang baik sebagai seorang reporter seperti etika dalam berwawancara, etika ketika memasuki lokasi peliputan berita dll.
b. Pemilihan Materi
Materi yang diperoleh bisa saja sangat banyak atau lebih dari cukup untuk mengisi mading atau mungkin juga materi-materi yang diperoleh kurang layak atau kurang pantas untuk ditampilkan. Oleh karena itu selanjutnya tim redaktur harus melakukan pemilihan materi yang bisa dimuat atau dapat diterbitkan.
c. Editing
Setelah melakukan penyortiran materi maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses editing terhadap tulisan, gambar atau pun foto yang akan dimuat dalam mading. Proses editing terhadap tulisan perlu dilakukan untuk mengurangi bahkan memperbaiki kesalahan-kesalahan pengetikan atau penulisan. Adapun editing terhadap foto atau gambar dilakukan untuk mempercantik tampilannya.
d. Lay Out / Pengaturan Tata Letak
Pengaturan tata letak dilakukan agar tampilan mading bisa memberikan sajian yang menarik bagi pembaca, tidak memberikan kesan asal jadi dan membosankan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lay out misalnya penempatan rubrik, penentuan ukuran kolom rubrik, penempatan lukisan/gambar/ foto dsb.
e. Menghias mading
Setelah di layout dengan baik untuk lebih mempercantik tampilannya sebaiknya mading diberi hiasan-hiasan baik berupa gambar atau penambahan pernak-pernik lainnya. Setelah mading di hias maka mading siap diterbitkan

C. Evaluasi Mading
”Segalanya tak ada yang sempurna” mungkin pepatah itu harus selalu kita pegang untuk lebih memperbaiki diri kita dan apa yang kita kerjakan di masa yang akan datang. Begitu pula halnya dalam pembuatan mading, setelah mading diterbitkan dan di baca oleh khalayak atau keluarga besar sekolah maka ada baiknya Tim Mading melakukan evaluasi baik berdasarkan pengamatannya maupun berdasarkan hasil kuisioner pembaca terhadap mading yan disajikan. Penilaian-penilaian, kritik dan saran dari pembaca dapat dijadikan nodal perbaikan di masa yang akan datang.

D. Keberlanjutan Mading Sekolah
Agar mading sekolah bisa tetap bertahan dan bisa terbit sesuai waktu yang telah ditentukan maka perlu dilakukan pengelolaan mading yang baik, terutama pengelolaan terhadap personilnya. Supaya mading tetap berjalan maka sebaiknya dibentuk tim mading yang solid dan setiap saat diberikan pembinaan atau bahkan apresiasi dari pihak sekolah.


MAJALAH/BULETIN SEKOLAH
MEMBUAT MAJALAH SEKOLAH
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN MAJALAH SEKOLAH:

Pertama tahap perencanaan. Didalam tahap perencanaan ini siswa-siswi mulai membuat perencanaan stuktur staf redaksi majalah yang akan di buat. Berikut adalah salah satu contoh stuktur staf redaksi;
- Pelindung, yakni yang melindungi majalah sekolah kita. Biasanya untuk bagian Pelindung di duduki oleh Kepala Sekolah.
- Penasihat, yakni yang membimbing dalam pembuatan majalah sekolah kita. Biasanya untuk bagian penasihat di duduki oleh beberapa gurun yang ada di sekolah kita.
- Pembina, yakni yang membimbing dan dan yang mengarahkan dalam pembuatan majalah sekolah. Biasanya posisi ini di duduki oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
- Pemimpin Redaksi, yakni orang yang sangat berperan dalam pembuatan majalah sekolah. Atau bisa disebut ketua dari stuktur staf redaksi.
- Staf Redaksi atau biasa disebut wartawan pencari berita. Dan yang mengurus semua naskah atau artikel yang akan dipublikasikan.
- Ilustrator/ seting/ layout, yakni yang mengurus desain majalah yang akan kita buat. Dari mulai cover sampai isinya.
- Iklan, yakni yang mengurusi bagian perikalanan.
- Distributor, yakni yang mengurusi pendistribusian atau penjualan majalah yang telah kita buat.
- Promosi, yakni bagian yang mempromosikan majalah sekolah yang telah kita buat.
- Sirkulasi/ tata usaha atau sering disebut Bendahara, yakni yang mengurusi bagian peruangan di majalah sekolah kita.

Setelah membentuk stuktur perencananan stuktur staf redaksi langkah selanjutnya yaitu merencanakan nama majalah yang akan kita buat. Diusahakan untuk pembuatan nama itu semenarik mungkin.
Kedua tahap persiapan. Didalam tahap persiapan ini yakni pembuatan proposal. Dalam pembuatan proposal baiknya dibahas oleh semua staf redaksi majalah yang telah kita buat dengan didampingi oleh Pembina. Mulai dari nama majalah, visi-misi, rencana pembuatan majalah, sampai dana yang akan kita keluarkan untuk pembuatan majalah kita.
Ketiga tahap pembuatan isi majalah. Yakni merencanakan rubrik-rubrik yang akan kita buat dalam majalah kita. Untuk pembuatan rubrik ini dibahas oleh semua stuktur staf redaksi dan Pembina dan disetujui oleh bagian penasihat dan pelindung.
Keempat tahap penulisan dan pengeditan. Yakni mengumpulkan naskah yang akan kita buat dalam majalah sekolah kita. Penulisan naskah bisa dari wawancara siswa, tulisan kiriman siswa, guru, maupun karyawan sekolah. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya diadakan rapat redaksi terlebih dahulu. Dan tentukan tema apa yang akan dibuat dalam edisi majalah sekolah sekarang. Setelah semua naskah masuk ke meja redaksi, seleksi semua naskah yang telah masuk. Apakah naskah tersebut layak dimuat atau tidak.
Kelima tahap setting. Yakni mensetting majalah yang akan kita buat. Untuk persettingan ini dilakukan di tempat percetakan. Setelah semua naskah telah di setting/ di layout hasil layout lalu di print ulang sebelum di cetak. Tujuanya untuk mencari letak mana yang masih kurang, untuk meminimalisir kesalahan sebelum di cetak.
Keenam tahap percetakan. Dalam tahap ini kita bisa memilih dua pilihan mejalah yang akan kita buat. Yakni untuk pembuatan majalah kita menggunakan kalkir atau film. Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah, terutama dalam pendanaan. Karena untuk pembuatan majalah dengan menggunakan kalkir dan film itu berbeda harganya. Dan selanjutnya majalah sekolah kita di cetak oleh bagian percetakan.

 Merasakan Manfaat adanya mading dan majalah sekolah
Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat adanya majalah sekolah.
Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis. Siswa dapat menyalurkan bakat serta minat menulis.
Kedua, penyalur aspirasi. Siswa mengungkapkan perasaannya dengan tulisan, baik berupa gambar, cerpen, artikel, atau puisi yang nantinya akan dimuat di majalah sekolah.
Ketiga, media komunikasi. Tulisan yang dimuat —baik dari siswa, guru atau karyawan— akan dibaca seluruh keluarga besar sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan terjadi komunikasi antarpembaca.
Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis. Belajar tidak cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan menghafalkan. Tetapi juga mau membaca masalah-masalah di sekitarnya dan menuangkan dalam bentuk tulisan. Keberadaan majalah sekolah memberi ruang kepada siswa untuk mempublikasikan idenya.
Kelima, media belajar organisasi. Dalam pembuatan majalah sekolah diperlukan pengelola majalah, mulai dari pemimpin redaksi, sekretaris, bendahara, redaktur, wartawan, fotografer, dan lain-lain. Secara langsung, siswa belajar bagaimana membagi pekerjaan untuk membuat majalah sekolah.
Keenam, penyemai demokrasi. Dengan adanya majalah sekolah, siswa bisa menuliskan uneg-unegnya dalam bentuk tulisan. Uneg-uneg bisa berbentuk masukan untuk perbaikan sekolah.
Ketujuh, media promosi. Tulisan yang ada dalam majalah sekolah sekaligus dapat diketahui orang lain. Selagi majalah itu masih ada, sampai kapan pun orang lain akan dapat membacanya. Dengan kata lain, penerbitan majalah sekaligus bisa menjadi media promosi sekolah tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Meski tidak berupa mata pelajaran jurnalistik secara khusus, setidaknya dengan ekskul jurnalistik ini bisa mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Banyak sekali manfaat ekskul jurnalistik. Hery Nugroho (2006) mengatakan ada empat hal, yakni a) sebagai media penyaluran bakat siswa dalam bidang penulisan, b) penyaluran minat dalam bidang yang sama, b) membantu anak memahami dan mempraktikkan teori-teori dalam pelajaran bahasa, dan d) melatih anak tampil lebih berani dan kritis terhadap berbagai kondisi. Dengan adanya ekskul jurnalistik, diharapankan dapat menelurkan produknya: majalah sekolah. Karenanya, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik akan lebih mudah membuat majalah sekolah daripada sekolah yang tidak mempunyai ekskul tersebut. Secara teori, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik sudah siap dengan infrastruktur dalam pembuatan majalah sekolah. Merasakan Manfaat
Dukungan ini dapat dengan cepat diperoleh kalau masing-masing pihak mengetahui dan merasakan manfaat adanya majalah sekolah.
Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat adanya majalah sekolah.
Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis.
Kedua, penyalur aspirasi.
Ketiga, media komunikasi
Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis
Kelima, media belajar organisasi
Keenam, penyemai demokrasi
Ketujuh, media promosi





DAFTAR PUSTAKA

Rachim, M. D. 2006. Manajemen Majalah
Internet. Google.com

Perbedaan Antara Sastra Lama Dengan Sastra Baru

A. Sastra Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :
- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
- Tema karangan bersifat fantastis
- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

B. Sastra Baru
Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :
- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

Membahas Isi Puisi Berkenaan dengan Gambaran Penginderaan, Perasaan, Pikiran, dan Imajinasi melalui Diskusi


Salah satu unsur intrinsik puisi yang akan kita bahas disini adalah imaji atau citraan. Citraan/ imaji dalam puisi dapat diartikan sebagai suatu penggambaran pengalaman yang berhubungan dengan benda, peristiwa dan keadaan yang dialami penyair dengan menggunakan kata – kata yang khas agar dapat memberikan gambaransecara lebih nyata, baik hal yang bersifat kebendaan, metaforik, maupun kejiwaan.
Imaji/ citraan dalam puisi dapat memberikan gambaran kepada pembacasehingga ia seolah – olah mendengar, melihat, merasakan, mencium, mempunyaipemikiran, meraba, dan mengalami seperti hal yang dialami penyair.
Citraan dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu :
1. Citraan penglihatan
Citraan ini dihasilkan dengan memberirangsangan indera penglihatan sehingga hal – hal yang tidak terlihat menjadi seolah – olah kelihatan.
2. Citraan pendengaran
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau onomatope dan persajakan yang berturut – turut sehingga hal – hal yang tidak terdengar menjadi seolah – olah terdengar.
3. Citraan penciuman
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bau atau aroma sehingga hal – hal yang tidak tercium baunya menjadi seolah – olah tercium.
4. Citraan perasaan
Dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan isi atau suasana hati sehingga menjadi seolah – olah pembaca ikut merasakan.
5. Citraan rabaan
Citraan yang berupa rangsangan – rangsangan kepada sentuhan
6. Citraan pikiran atau intelektual
Citraan yang dihasilkan asosiasi pikiran.
7. Citraan gerak
Dihasilkan dengan menghidupkan dan memvisualisasikan suatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak.

Pemahaman terhadap makna/ maksud puisi juga dapat dilakukan dengan menyusun esai pemahaman puisi. Sebenarnya, teknik tersebut adalah kegiatan inti pada paraphrase puisi. Teknik tersebut dilakukan dengan tahapan berikut ini.
1. Saat membaca berulang – ulang baris puisi pada setiap tahap pembacaan, kita harus memahami gambaran umum isi, pokok masalah, dan sikap peyair terhadap pembaca.
2. Memparafrasekan puisi. Parafrase dilakukan dengan cara menceritakan kembali hal – hal yang disampaikan penyair dengan bahasa kita sendiri.